Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan Salam Merdeka Raya.
Saya tahu diantara kita pasti juga diam-diam bertanya didalam hati,” Manakah jodoh yg dijanjikan Allah kepadaku. Takkan tak datang-datang juga?”. Apalagi kalau usia kita sudah mendekati angka tiga, sedangkan tanda2 akan menemukan ‘sebujur pendamping’ juga belum muncul. Boleh sahaja kegelisahan itu selalu hadir bahkan hingga mengganggu tidur. hohohohoh....
Jadi apa yg harus dilakukan bila hal itu menimpa diri kita? Apakah akan memilih menunggu dan menunggu, sambil berharap dengan rasa gundah gulana? Atau memilih untuk bertindak, agar jodoh yg dijanjikan Allah itu akan segera menyapa.
Teringat kata-kata ini :
Teringat kata-kata ini :
Ada jutaan peribadi baik yang belum menikah
dan merindukan belahan jiwa.
Jika demikian banyak yang masih sendiri,
mengapakah mereka tetap sendiri selama itu?
Banyak yang sedang menanti,
tapi sedikit sekali yang sesuai,
termasuk yang mungkin tanpa sengaja
menyebabkan dirinya sulit dipilih.
Hmm..apakah ada di antara kita
yang mendorong belahan jiwanya menjauh?
Tuhan, bantulah kami mengindahkan peribadi kami.
Aamiin
~~Mario Teguh~~
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita dan mempermudah pencarian jodoh kita. Kalau dalam proses menunggu dan mencari Soulmate ini kita bersabar, berusaha, dan berdoa, dan tawakal kpd Allah, tidak akan byk persoalan yg muncul. Namun, jika pilihan kita adalah mengunjungi bomoh dan paranormal dan meramal nasib utk mencarikan jodoh kita, maka hal itu melanggar syaria dan mengundang perbuatan dosa. Saudara dan saudariku fillah..satu hal yg penting saya ingatkan kepada saudariku, dengan adanya iklan2 menyesatkan yg bertebaran di tv, bahawa dgn mengikuti adanya kuiz2 atau sms ke operator di media tv yang bermaksud meramal siapa jodohmu, atau keberuntungan nasibmu, atau soal cintamu, DITEGASkAN bahawa itu adalah dosa dan sirik yg tidak kalian sadari. Jangan sekali sekali kalian mengirimkan sms seperti itu. Karena itu berarti engkau telah mempercayakan takdirmu dgn ramalan manusia. Kalau sudah begitu, lalu engkau menolak Allah dan takdirNya?!
Kembali ke soal jodoh manusia, saya tahu bagaimana perasaan seseorang yg menantikan jodohnya datang, namun yg dinanti tidak datang juga. Ada perasaan cemas yg perlahan mengubah ritme hidup. Kecemasan akan orang2 sekitar yg kadang menyudutkan dan memprovok kita. Tak ada yg boleh kita lakukan, kecuali menutup muka di depan tangan kita. Meski terasa sangat sakit pukulan yg menerpa wajah dan tubuh, tapi kita mencuba bertahan. Hmm..,bukankah memang seperti itu rasanya dikejar-kejar menikah oleh orang2 sekitar kita?
Kita bertemu bapa dan ibu di rumah, mereka bertanya sampai bila akan menjadi bujangan. Berganti hari bukannya berganti pertanyaan, seolah tiada hari tanpa pertanyaan “bila mau menikah, kamu kan sudah berumur?”. Mencuba menghindari kedua orang tua, kita bersilaturahmi ke rumah kerabat dan handai taulan. Baru berjabat tangan, mereka menyapa “apa kabar? Masih sendiri ya?”.. Toing! Muka pun memerah dan lidah terkunci, hanya mampu sengih2 utk menghibur diri. Kita beranjak, pergi kekampus, bertemu teman2 dan aktivis pengajian dan dakwah, pertanyaan serupa bak kaset usang pun berulang, ” Kamu masih lagi bersendirian, tidak mahu nikah ya..? ”.Sakit..teramat sakit mungkin pertanyaan itu, kerana langsung menusuk kedalam hati. Menekan sensitiviti kita yg sama sekali tidak kita ingini. Tidakkah mereka tahu bahwa jauh dilubuk hati yg paling dalam, kita merindukan susuk seorang belahan jiwa yg boleh menemani hari-hari kita. Tidakkah mereka tahu, bahwa selama ini kita juga menginginkan menikah layaknya teman2 sebaya yg sudah mendahului kita. Tidakkah mereka juga tahu bahwa selama ini kita sudah berusaha mewujudkan itu? Lalu, kenapa tiba2 pertanyaan itu begitu tiba-tiba dipertanyakan dan menyentuh sensitiviti hati kita?
BILA LAGI KO MAU KAHWIN NI ? Pertanyaan ini seharusnya tidak perlu dirisaukan. Meski seringkali kita sepertinya mahu sahaja maradang dengan pertanyaan itu. Menyampahnya kita, seolah kita ingin bertanya,” kenapa juga kau bertanya-tanya, suka hati akulah bila aku mau nika. Bukan urusan korang pun..!”, Tapi karena kita adalah orang baik yg tidak ingin menyakiti orang lain, maka ada baiknya hal itu tidak kita lakukan. Kenapa tidak kita jawab dengan tersenyum dan berkata: “ Pernikahan adalah keinginan setiap orang. Dan bila kita menikah sudah ditentukan oleh Allah. Jadi kalau pertanyaanmu adalah bila, maka jawapan pastinya ada pada Allah. Kerana Allah lah yg paling tahu bila kita akan menikah. Kita boleh saja merancang, tapi Allah lah yg menentukan. Allah Maha Tahu bila aku akan mendapat jodoh dan bila aku jadi pengantin”. So, saya rasa jawapan ini begitu dewasa. Sebab sama sekali tidak menunjukkan sikap emosional kita. Mereka yg bertanya pun akan menghargai jawaban kita. Jadi, jangan bingung lagi bila seseorang bertanya,”bila nikah?” Jawab saja dengan tersenyum dgn kalimat seperti itu.Terlebih lagi, bukankah mengejar jodoh seperti mengejar rezeki. Tak perlu dikejar akan datang bila memang sudah jatahnya (bahagian).
Namun, meskipun berupaya keras mengejarnya, ia tak akan ada ditangan bila Allah mentakdirkan memang bukan hak kita. Berusaha terus semaksima mungkin, namun bila ditolak, ya bersabar dan terus berusaha. Sehingga adanya pertanyaan ‘bila mahu menikah’ adalah bersifat tentative, maksudnya belum pasti. Orang yg sudah dilamar dan sudah jelas hari hari pernikahannya, boleh sahaja tidak jadi menikah dgn sebab tertentu kerana suatu sebab yg Allah kehendaki, apalagi kita yg baru mencari jodoh. Jadi boleh saja kita akan menikah besok, minggu depan, bulan depan, atau bahkan 5 tahun lagi. Karena peluang selalu datang secepat ia pergi. Datang dgn cepat dan hilang pun dalam sekejap. Jadi kenapa pula mesti terus bersedih dan menangis di hujung malam? Mungkin tawaran menikah datang ketika kita masih jual mahal. Disaat usia kita masih 20-an tahun keatas, maka kita merasa masih layaknya seorang gadis yg bisa memilih siapapun. Apalagi yg berpredikat sebagai mahasiswa atau mahasiswi, mentang2 seorang intelek dan terpelajar maka berfikiran: “ yang menikahiku jg HARUS paling tidak bertittle sarjana, yg penting aku jadi sarjana, kalau sudah bertittle jadi sarjana pasti ramai yg akan melamarku.”Sehingga ketika ada lelaki yg datang melamar dgn sangat teliti kita akan memeriksanya. Bahkan, kita cenderung begitu cepat menolak begitu saja karena hanya beberapa kriteria tidak kita temukan pada diri lelaki itu. Akhirnya kesempatan itu hilang sudah. Dan waktu pun begitu cepat berlalu. Begitu habis belajar dan jadi pemegang degree, akhirnya bekerja, sedang semangat2nya bekerja mengumpulkan wang, lupa akan kudratnya sebagai wanita. Sekarang usia sudah mencapai 30 tahun, ternyata kita masih sendiri. Dan peluang menikah yg dulu pernah menyapa, kini tak pernah hadir lagi. Duh, alangkah meruginya dirimu !
SAYA MUSLIMAH YANG KUAT, TIDAK SECENGENG ITU..!Wanita memang akan selalu menjadi wanita. Sikapnya yg lembut dan mudah untuk merasa malu membuatnya tak kuasa untuk berkata “ Aku suka kamu..”, atau akan terlihat tabu manakala ada seorng akhwat dgn sangat terus terang menyatakan “ ya akhi.,aku ingin menjadi istrimu..”. kalaupun ada, memang cuma 1 diantara 1000. Padahal menurut saya itu adalah sikap mulia yg tinggi, yg mencerminkan seorang wanita solehah sejati. Memang perlu komitmen tinggi dan perjuangan luar biasa utk mengeluarkan kata itu dari bibirnya.“Saya hanyalah seorang makhluk hawa...”, itulah kata mereka. Ingin rasanya memanggil-manggil nama si ikhwan A atau B atau C agar dia menoleh ke kita, sehingga dia akan tahu bahwa kita mencintainya. Tapi hati ini tak mampu, lidah inipun terasa kelu. Justru yg datang malah perasaan malu yg datang hilir mudik tak mau berhenti. “Aku sayang dia, dan aku ingin dia tahu perasaan ini “, itulah kata2 yg selalu terbawa mimpi oleh kebanyakan akhwat sekarang ini. Kata2 yg hanya ada didasar hati tetapi tidak berani diungkapkan. Tak berani dinyatakan, cuma dipendam dalam hati. Tetapi ketika si ikhwan yg dia harapkan cintanya ternyata telah bersanding di pelaminan, diri ini hanya mendesah berat dgn mata berkaca-kaca,” kenapa tidak kau pilih aku..?!”.Nah, kalau sudah begitu mulai sekarang arhkan dan perbarui hatimu ! Cengeng ? kenapa harus menjadi cengeng. Engkau muslimah sejati, generasi dakwah yg selayaknya, tidak perlu selemah itu. Jika kau yakinkan dalam hati “Aku masih punya Allah Yang Maha Menjawab Doa”, maka cengeng itu tidak perlu kau sandang. Kalau sekarang tambatan hati dan belahan jiwa blm jg menyapa kita dgn senyum manisnya, kita yakin suatu saat nanti akan tiba. Dia akan hadir dgn segumpal cinta dan segenggam kasih sayang yg selalu kita nantikan. Menambatkan hati kepada Sang Pemegang Hidup, Allah Ta’ala, akan menentramkan hati dan melembutkan jiwa kita. Rasa gelisah, gundah gulana dan payah akan tersapu sudah oleh kuatnya keyakinan IMAN yg menancap didada.“Saya seorang muslimah, saya tegar, dan akan selalu tegar..”, katakanlah kalimat itu dgn tatapan tajam ke cermin, kepalkan tangan dan tetaplah optimis. Kita adalah muslimah sejati, bukan generasi islam yg mudah putus asa. Harapan yg kita miliki akan selalu baru dan terbarui oleh jiwa yg kita miliki. Harapan kita kepada Allah adalah bukan harapan yg main-main. Kita boleh saja berharap kepada orang2 yg kita boleh percayai, tapi harapan kepada Allah tidak boleh pupus begitu saja, justeru harus terus dipupuk. Justeru harapan kpd Allah inilah yg akan menjadi bara api dalam hati yg tidak akan pernah padam, yg akan selalu memotivasi kita. Allah tidak tidur, setiap hari DIA dalam kesibukan, maka akan selalu mendengar doa kita. Kita hanya akan menyampaikan kepada Allah dalam solat malam yg kita dirikan. Berderai airmata tercurah, harapan yg begitu besar tertambat, hanya kepada Allah sang penjawab doa. Sekali lagi, keresahan dan kegelisahan hatimu kerana menunggu sang kekasih hati belahan jantung yg belum juga datang, JANGANLAH sampai mengubah pandangan mu kepada Sang Pemilik Cinta. DIA-lah yang membolak-balikkan hati manusia. Satu saat, doamu akan terjawab, dan belahan hatimu akan datang kepada mu sambil berkata,” Yaa ukhti..maukah engkau menikah denganku..?”. Nah, pada saat itu engkau akan tahu betapa Maha Besarnya Allah karena telah mengirimkan padamu seorang Mujahid tangguh yg akan menyempurnakan separuh agamamu dan memenuhi sunah rasulNya. Amin..allahumma amin.Semoga bermanfaat, jabat erat dan salam hangat..Wassalam.wr.wb
Kita bertemu bapa dan ibu di rumah, mereka bertanya sampai bila akan menjadi bujangan. Berganti hari bukannya berganti pertanyaan, seolah tiada hari tanpa pertanyaan “bila mau menikah, kamu kan sudah berumur?”. Mencuba menghindari kedua orang tua, kita bersilaturahmi ke rumah kerabat dan handai taulan. Baru berjabat tangan, mereka menyapa “apa kabar? Masih sendiri ya?”.. Toing! Muka pun memerah dan lidah terkunci, hanya mampu sengih2 utk menghibur diri. Kita beranjak, pergi kekampus, bertemu teman2 dan aktivis pengajian dan dakwah, pertanyaan serupa bak kaset usang pun berulang, ” Kamu masih lagi bersendirian, tidak mahu nikah ya..? ”.Sakit..teramat sakit mungkin pertanyaan itu, kerana langsung menusuk kedalam hati. Menekan sensitiviti kita yg sama sekali tidak kita ingini. Tidakkah mereka tahu bahwa jauh dilubuk hati yg paling dalam, kita merindukan susuk seorang belahan jiwa yg boleh menemani hari-hari kita. Tidakkah mereka tahu, bahwa selama ini kita juga menginginkan menikah layaknya teman2 sebaya yg sudah mendahului kita. Tidakkah mereka juga tahu bahwa selama ini kita sudah berusaha mewujudkan itu? Lalu, kenapa tiba2 pertanyaan itu begitu tiba-tiba dipertanyakan dan menyentuh sensitiviti hati kita?
BILA LAGI KO MAU KAHWIN NI ? Pertanyaan ini seharusnya tidak perlu dirisaukan. Meski seringkali kita sepertinya mahu sahaja maradang dengan pertanyaan itu. Menyampahnya kita, seolah kita ingin bertanya,” kenapa juga kau bertanya-tanya, suka hati akulah bila aku mau nika. Bukan urusan korang pun..!”, Tapi karena kita adalah orang baik yg tidak ingin menyakiti orang lain, maka ada baiknya hal itu tidak kita lakukan. Kenapa tidak kita jawab dengan tersenyum dan berkata: “ Pernikahan adalah keinginan setiap orang. Dan bila kita menikah sudah ditentukan oleh Allah. Jadi kalau pertanyaanmu adalah bila, maka jawapan pastinya ada pada Allah. Kerana Allah lah yg paling tahu bila kita akan menikah. Kita boleh saja merancang, tapi Allah lah yg menentukan. Allah Maha Tahu bila aku akan mendapat jodoh dan bila aku jadi pengantin”. So, saya rasa jawapan ini begitu dewasa. Sebab sama sekali tidak menunjukkan sikap emosional kita. Mereka yg bertanya pun akan menghargai jawaban kita. Jadi, jangan bingung lagi bila seseorang bertanya,”bila nikah?” Jawab saja dengan tersenyum dgn kalimat seperti itu.Terlebih lagi, bukankah mengejar jodoh seperti mengejar rezeki. Tak perlu dikejar akan datang bila memang sudah jatahnya (bahagian).
Namun, meskipun berupaya keras mengejarnya, ia tak akan ada ditangan bila Allah mentakdirkan memang bukan hak kita. Berusaha terus semaksima mungkin, namun bila ditolak, ya bersabar dan terus berusaha. Sehingga adanya pertanyaan ‘bila mahu menikah’ adalah bersifat tentative, maksudnya belum pasti. Orang yg sudah dilamar dan sudah jelas hari hari pernikahannya, boleh sahaja tidak jadi menikah dgn sebab tertentu kerana suatu sebab yg Allah kehendaki, apalagi kita yg baru mencari jodoh. Jadi boleh saja kita akan menikah besok, minggu depan, bulan depan, atau bahkan 5 tahun lagi. Karena peluang selalu datang secepat ia pergi. Datang dgn cepat dan hilang pun dalam sekejap. Jadi kenapa pula mesti terus bersedih dan menangis di hujung malam? Mungkin tawaran menikah datang ketika kita masih jual mahal. Disaat usia kita masih 20-an tahun keatas, maka kita merasa masih layaknya seorang gadis yg bisa memilih siapapun. Apalagi yg berpredikat sebagai mahasiswa atau mahasiswi, mentang2 seorang intelek dan terpelajar maka berfikiran: “ yang menikahiku jg HARUS paling tidak bertittle sarjana, yg penting aku jadi sarjana, kalau sudah bertittle jadi sarjana pasti ramai yg akan melamarku.”Sehingga ketika ada lelaki yg datang melamar dgn sangat teliti kita akan memeriksanya. Bahkan, kita cenderung begitu cepat menolak begitu saja karena hanya beberapa kriteria tidak kita temukan pada diri lelaki itu. Akhirnya kesempatan itu hilang sudah. Dan waktu pun begitu cepat berlalu. Begitu habis belajar dan jadi pemegang degree, akhirnya bekerja, sedang semangat2nya bekerja mengumpulkan wang, lupa akan kudratnya sebagai wanita. Sekarang usia sudah mencapai 30 tahun, ternyata kita masih sendiri. Dan peluang menikah yg dulu pernah menyapa, kini tak pernah hadir lagi. Duh, alangkah meruginya dirimu !
SAYA MUSLIMAH YANG KUAT, TIDAK SECENGENG ITU..!Wanita memang akan selalu menjadi wanita. Sikapnya yg lembut dan mudah untuk merasa malu membuatnya tak kuasa untuk berkata “ Aku suka kamu..”, atau akan terlihat tabu manakala ada seorng akhwat dgn sangat terus terang menyatakan “ ya akhi.,aku ingin menjadi istrimu..”. kalaupun ada, memang cuma 1 diantara 1000. Padahal menurut saya itu adalah sikap mulia yg tinggi, yg mencerminkan seorang wanita solehah sejati. Memang perlu komitmen tinggi dan perjuangan luar biasa utk mengeluarkan kata itu dari bibirnya.“Saya hanyalah seorang makhluk hawa...”, itulah kata mereka. Ingin rasanya memanggil-manggil nama si ikhwan A atau B atau C agar dia menoleh ke kita, sehingga dia akan tahu bahwa kita mencintainya. Tapi hati ini tak mampu, lidah inipun terasa kelu. Justru yg datang malah perasaan malu yg datang hilir mudik tak mau berhenti. “Aku sayang dia, dan aku ingin dia tahu perasaan ini “, itulah kata2 yg selalu terbawa mimpi oleh kebanyakan akhwat sekarang ini. Kata2 yg hanya ada didasar hati tetapi tidak berani diungkapkan. Tak berani dinyatakan, cuma dipendam dalam hati. Tetapi ketika si ikhwan yg dia harapkan cintanya ternyata telah bersanding di pelaminan, diri ini hanya mendesah berat dgn mata berkaca-kaca,” kenapa tidak kau pilih aku..?!”.Nah, kalau sudah begitu mulai sekarang arhkan dan perbarui hatimu ! Cengeng ? kenapa harus menjadi cengeng. Engkau muslimah sejati, generasi dakwah yg selayaknya, tidak perlu selemah itu. Jika kau yakinkan dalam hati “Aku masih punya Allah Yang Maha Menjawab Doa”, maka cengeng itu tidak perlu kau sandang. Kalau sekarang tambatan hati dan belahan jiwa blm jg menyapa kita dgn senyum manisnya, kita yakin suatu saat nanti akan tiba. Dia akan hadir dgn segumpal cinta dan segenggam kasih sayang yg selalu kita nantikan. Menambatkan hati kepada Sang Pemegang Hidup, Allah Ta’ala, akan menentramkan hati dan melembutkan jiwa kita. Rasa gelisah, gundah gulana dan payah akan tersapu sudah oleh kuatnya keyakinan IMAN yg menancap didada.“Saya seorang muslimah, saya tegar, dan akan selalu tegar..”, katakanlah kalimat itu dgn tatapan tajam ke cermin, kepalkan tangan dan tetaplah optimis. Kita adalah muslimah sejati, bukan generasi islam yg mudah putus asa. Harapan yg kita miliki akan selalu baru dan terbarui oleh jiwa yg kita miliki. Harapan kita kepada Allah adalah bukan harapan yg main-main. Kita boleh saja berharap kepada orang2 yg kita boleh percayai, tapi harapan kepada Allah tidak boleh pupus begitu saja, justeru harus terus dipupuk. Justeru harapan kpd Allah inilah yg akan menjadi bara api dalam hati yg tidak akan pernah padam, yg akan selalu memotivasi kita. Allah tidak tidur, setiap hari DIA dalam kesibukan, maka akan selalu mendengar doa kita. Kita hanya akan menyampaikan kepada Allah dalam solat malam yg kita dirikan. Berderai airmata tercurah, harapan yg begitu besar tertambat, hanya kepada Allah sang penjawab doa. Sekali lagi, keresahan dan kegelisahan hatimu kerana menunggu sang kekasih hati belahan jantung yg belum juga datang, JANGANLAH sampai mengubah pandangan mu kepada Sang Pemilik Cinta. DIA-lah yang membolak-balikkan hati manusia. Satu saat, doamu akan terjawab, dan belahan hatimu akan datang kepada mu sambil berkata,” Yaa ukhti..maukah engkau menikah denganku..?”. Nah, pada saat itu engkau akan tahu betapa Maha Besarnya Allah karena telah mengirimkan padamu seorang Mujahid tangguh yg akan menyempurnakan separuh agamamu dan memenuhi sunah rasulNya. Amin..allahumma amin.Semoga bermanfaat, jabat erat dan salam hangat..Wassalam.wr.wb
Sumber: google search
Tiada ulasan:
Catat Ulasan