Laman

Tuntunan Nabi Dalam Memilih Pasangan



Saya suka artikel ini. Pencerahan tentang apa yang saya rasakan sesuatu yang perlukan 'passion' dan istiqamah untuk orang-orang macam saya untuk mencapai 'pangkat' itu. Terlalu banyak artikel ataupun entri blog yang menyebarkan tentang tip-tip dalam mencari pasangan hidup namun tidak banyak yang  menerangkannya secara mudah mengikut tingkat ilmu fikir saya. 


Wanita itu dinikahi karena empat pertimbangan, kekayaannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama niscaya kalian beruntung. 
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) 


Apapun saya bukan orang yang arif tentang perkara ini. Mari kita sama-sama membaca arikel ini....


Wanita itu dinikahi karena empat pertimbangan, kekayaannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama niscaya kalian beruntung. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) Dalam hadist tersebut Nabi Muhamad Shalallahu Alaihi wa Salam memberikan tuntunan kepada kita agar memilih pasangan yang memiliki agama, maka kalian akan beruntung, fadzfar bizatiddin, taribat yadaka. Hadis itu tidak menyebut fadzfar mutadayyinatan (orang beragama) tetapi bidzatiddin, orang yang memiliki agama. Kata dzatiddin disini mengandung arti substansi (jauhar) atau sifat (ardl) , jadi wanita atau pria yang dzatiddin adalah orang yang beragama secara substansial atau dapat dilihat sifat-sifatnya sebagai orang yang mematuhi agama


Lalu apa substansi agama itu? secara vertikal orang yang memilih agama itu mengimani, meyakini sepenuhnya adanya Allah Sang Pencipta Yang Maha besar, Maha Adil, Maha Pemurah, Maha Pengampun, oleh karena itu sebagai manusia dan juga hamba Allah, ia tidak sanggup untuk sombong & sewenang-wenang. Secara horizontal orang yang beragama secara substansial akan berusaha secara maksimal menjadikan dirinya memberikan kemanfaatan maksimal kepada sesama karena tahu fungsi dan peran dirinya adalah pengejawantahan kasih sayang Allah bagi semesta alam.



Nah, bayangkan bila memiliki suami atau isteri yang karakteristik keberagamaannya seperti itu tentu saja janji Rasul akan terbukti, yakni memperoleh keberuntungan. Wanita atau pria bizatiddin, belum tentu yang lulusan sekolah agama karena hal itu baru indikator lahir. Karakteristik bidzatiddin akan terasa dalam berkomunikasi, dalam berinteraksi, yakni subtansi agamanya akan terasa menyejukkan, menenteramkan, membangun semangat, menumbuhkan etos , mengagumkan. Dalam realita kehidupan ada orang yang beragama lebih menonjolkan syari’at lahir sehingga agamanya nampak gebyar-gebyar tetapi setelah sering berkomunikasi, lama berinteraksi dan berkali-kali bertransaksi, lama-kelamaan gebyar-gebyar agamanya tidak bisa diapresiasi, hilang kekaguman, hilang respek, meski tidak sampai menjadi musuh. Sebaliknya ada orang yang nampaknya sangat sederhana keberagamaannya tetapi setelah lama berkomunikasi dan berinteraksi, kekaguman muncul, sangat respek dan menjadi sumber inspirasi dalam menghayati keindahan hidup.



Untuk mengenal lebih mendalam terhadap karakteristik psikologis dan dzatiddin seseorang juga dapat dicapai melalui kebersamaan dalam kepedulian terhadap problem-problem kemanusiaan, misalnya dalam bersama-sama memikirkan bagaimana mengentaskan kemiskinan, bagaimana menyelenggarakan pendidikan tepat guna bagi anak-anak miskin, bagaimana membela orang lemah. Nah dalam ajang kepedulian seperti itu jatidiri dzatiddin seseorang akan muncul secara orisinal. Jatuh cinta di medan juang seperti ini biasanya akan berlanjut menjadi pasangan suami isteri yang memiliki kesamaan visi, indah, bersemangat dan tetap berpikir besar, Jodoh yang dijumpai di medan juang kemanusiaan menjamin kesamaan visi.


Semoga kita semakin kuat dan diberi kesempatan menjadi yang lebih baik... Kita berikan yang terbaik dan InsyaAllah Allah akan memberikan yang terbaik buat kita... Hidup pada memberi....

Lara Hati

Lara hati
membilang masa
di hati entah ke mana
menjulang rasa
terjulang sasar...

Lara hati..
sekali bilang
berbilang sekali..
hilang
lagi

Terlimpah bacanya bicara gaya temberang
Ternaif ilmunya rendah hati kan terlentang


Lara hati ...
harus kah hilang lagi sebelum senja..
mudik dia dengan harapan
satu pagi lagi untuknya..
Apa boleh dia berharap lagi
Setelah byk harapan dia larikan..
Tika harapan pun berkecil hati...

SEBAB AKIBAT DALAM KEHIDUPAN


SEBAB AKIBAT DALAM KEHIDUPAN

by TeaCha Hai on Sunday, August 28, 2011 at 8:53pm


Adik-adik saya yang baik hatinya,

Berikut adalah tiga AKIBAT yang penting 
bagi keberhasilan kita:

Akibat kelahiran, yaitu KECERDASAN. 
Konon, ibu yang minum sarang burung saat hamil, 
anaknya terlahir cerdas. 
Ibu saya dulu juga mencoba, tapi keliru bihun.

Akibat belajar, yaitu KEPANDAIAN. 
Yang cerdas akan dikalahkan oleh orang biasa 
tapi yang ikhlas belajar.

Akibat pengalaman, yaitu KEBIJAKAN. 
Orang yang berguru kepada pengalaman,
akan memimpin orang yang cerdas dan pandai.

~ Mario Teguh FB 28082011 ~

Assalamualaikum wbt dan Salam Se Malaysia buat sahabat maya ku. Agak lama saya tidak menulis di ruang nota ini. Dan beberapa nota "disembunyikan" atas dasar ada keterbukaan keterlaluan dalam menceritakan isi hati dalam ruang maya ini. Bukan salah siapa untuk menafsir mengikut persepsi masing-masing... Namun khuatir disilap fikir...kerana tidak semua daripada kita 'empati' atau berfikiran terbuka.. ;-)

Kebelakangan kembali jiwa agak kacau sedikit. Memikirkan sebab akibat. 

Sebab Akibat 1.
Saya pernah menyatakan kepada seorang sahabat. Usah dipanggil nama anak perempuan itu dengan nama panggilan "Man" (nama penuhnya Aiman). Ini kerana dengan keterbiasaan panggilan itu berkemungkinan dia akan menjadi perempuan yang 'kasar' bila besar kelak.. Seperti saya, semasa kecil, saya dipanggil dengan nama Harry...dan jadilah saya seperti hari ini..bukan jadi idaman lelaki yg mahukan isteri yg bersuara lembut...dengar tidak dengar suaranya kalau bercakap dengannya... Namun sahabat itu menyatakan bahawa... anak perempuannya tidak panggil dengan nama 'agak kelakian' pun namun anak perempuannya juga agak 'kasar dan lasak'.. mungkin ada sebab akibat yang lain... satu2nya anak perempuan dan bongsu...dan maknya juga agak lasak... ;-) .

Sebab Akibat 2.
Saya baru sahaja berkongsikan sebab akibat siapa dan apa yang menjadikan pemikiran saya kini. Bukan untuk menafikan kenyataan sahabat itu yang mengakui saya lebih tahu tentang ilmu teori kehidupan sebaliknya untuk menjelaskan kepadanya akibat pembacaan saya di usia muda. Di usia sewal 13-14 thn saya sudah membaca majalah dan novel dewasa. Tentang perkahwinan, tentang psikologi tentang psikososial, tentang teori motivasi, tentang politik.... jiwa memberontak ada dalam diri saya bila melihat orang dewasa tidak menjadi seperti sepatutnya mereka menjadi... Dalam satu ketika saya ada keyakinan 'melawan'. Mungkin ini juga sebab akibat saya lahir dari keluarga yg 'dibuli'..harus mencanai kekuatan dalaman dlm sudut lainnya... Bagaimanapun, diakhir bicara itu saya tegas menyatakan saya juga manusia...iman tidak sekuat mana...bisa lemah ditelan dek masa... teori tidak akan sama dengan praktikal...kuatnya teori itu membikin sy boleh jadi lebih ego...lebih mencari kesempurnaan dalam memilih...dan lebih bersifat terbuka tentang kesan akibat kehidupan yang saya hadapi kini....hari ini adalah lebih berharga. 

Sebab Akibat 3. 
Disaat saya meletakkan beberapa kriteria yang saya tidak akan memilih itu, saya tidak terfikir akan kesan akibatnya dan sejauh ini kriteria itu membawa saya ke hari ini. Dan set minda itu saya tidak pernah tulis pun di dalam diari ku. membelek semua diari lama... tiada satu pun ada tertulis kriteria itu. Jadi bagaimana ia begitu melekat dan beberapa tahun sudah umpama menjadi 'reverse psychology' kepada saya. Seingat saya saya hanya menyatakan kriteria itu bila sudah ada usaha dikalangan sahabat 'membantu' saya mencari pilihan tanpa bertanyakan kriteria saya. Sebab akibatnya.... perkara yang kita tidak mahu itu biasanya itu yang kita perlukan..... adakah saya masih mahu 'ego'?

Sebab Akibat 4.
.....cukuplah 3 sahaja.... hihihih.....

Apapun pernyataan pendek Pak Mario di atas amat mendalam. Sebanyak mungkin menusuk kalbu gitu.. dalam mengembalikan semula keyakinan diri dan ketahanan diri.

Klimaks kepuasan kehidupan setiap orang adalah berbeza.

Ada yang puas dengan sekadar Kelulusan Sarjana Muda atau lebih dari itu walau dia tidak pun khatam Al - Quran. 
Ada yang puas bersuamikan/beristerikan yg kacak/cantik walau malasnya bekerja tahap gaban atau sekadar sahaja.
Ada yang puas bekerja sebagai jaga waktu malam asal siangnya bersama keluarga.
Ada yang puas bekereta proton saga lama asal ada simpanannya untuk ke tanah suci.
Ada yang puas solo asal risiko perceraian / derita lepas kawin itu InsyaAllah tiada. 

Yang pastinya masing-masing punya sebab akibat kenapa hari ini. sedikit ralat hati bila ada terlalu memilih itu jadi 'main mind set' dlm melabel.... tidak kesahlah saiz kasut kita lain2...

Ya Allah, terima kasih atas kesempatan pelajaran hidup yang Engkau kurniakan. Di saat aku TERfikir mengapa 'keberuntungan' itu Engkau berikan pada mereka sahaja... mereka sendiri telah datang memberi jawapan benak soalan ku, bahawa Allah memberikan 'pasangan' setiap ketidak lengkapan kita dalam kehidupan.... disebaliknya mereka melihat sayalah yang beruntung....

~~BerkalungcintaTeaChaHai28.08.11~

Hukum bagi jodoh mu...


Hukum bagi Jodoh mu...

by TeaCha Hai on Sunday, August 7, 2011 at 11:11am


Sahabat ku yang baik hatinya, teringat aku bilang si sahabat "pilihan ditangan mu, sama ada lelaki itu; lelaki lebih muda dari mu, lelaki teruna tua,lelaki sebaya mu, lelaki suami orang, lelaki duda, lelaki lebih pendek akal dari mu, lelaki lebih miskin ilmu dan usaha dari mu, lelaki yang kurang imannya dari mu...semua berpotensi...pilihan di tangan mu... mahukah engkau memilih pilihan itu atau pilihan ini ? 

 Sanggupkah engkau dalam keberlansungan hidup berumahtangga yang risiko2 yang sendiri telah kau pilih?

Kata hati ku - sebelum menjejak usia ini, aku telah merasa menghindar, memulakan, menanti, meninggalkan, melarikan semua itu...dengan kesakitan yang teramat pada mulanya... terlalu memikirkan kebarangkalian adakalanya mencaskan cas negetif . Namun apabila litar sudah dilimpasi, tukarkan ia kepada cas positif biar neutral di sel hati.. ;-)

Alhamdulillah, Tuhan masih sudi menjaga ku..... Aku memilih berenang-renang ke tepian.... Untuk aku mendapatkan yang baik pada pandangan dunia dan akhirat aku harus jadi lebih baik terlebih dahulu.... 


Yang di tangan Tuhan itu bukan jodohmu, 
tapi hukum bagi jodohmu.

Hukumnya adalah:

Jika engkau baik, 
engkau akan berjodoh dengan jiwa yang baik.

Jika engkau menunda kebaikan, 
maka engkau akan berjodoh dengan orang 
yang kebaikannya belum datang.

Jodoh ada di tanganmu.

Engkau yang memilih, Tuhan yang menyetujui.

Maka janganlah engkau memaksa 
memilih yang tidak baik, dalam hal jodoh atau apa pun.

Jadilah sebab yang baik bagi jodoh dan kehidupanmu.

Mario Teguh

Tuhan berikan aku cinta - aku juga berhak bahagia...


Tuhan berikan aku cinta - aku juga berhak bahagia...

by TeaCha Hai on Wednesday, August 3, 2011 at 5:20am

Ada jutaan peribadi baik yang belum menikah
dan merindukan belahan jiwa.
Jika demikian banyak yang masih sendiri,
mengapakah mereka tetap sendiri selama itu?

Banyak yang sedang menanti,
tapi sedikit sekali yang sesuai,
termasuk yang mungkin tanpa sengaja
menyebabkan dirinya sulit dipilih.

Hmm..apakah ada di antara kita
yang mendorong belahan jiwanya menjauh?
Tuhan, bantulah kami mengindahkan peribadi kami.
Aamiin
~~Mario Teguh~~


Berburuk sangka - menyalahkan orang lain.


Orang tua yang memukul lantai
untuk menenangkan anaknya yang jatuh,
atau memukul meja saat sang anak terantuk,
sesungguhnya sedang mendidik anaknya
untuk menyalahkan orang lain, keadaan,
dan apa pun di luar dirinya jika dia mengalami kesulitan.

Sebaiknya kita menolong dan berbicara
dengan kasih sayang bahawa dia harus berhati-hati,
sehingga dia belajar untuk bertanggung-jawab
bagi kebaikannya sendiri.

Sebaiknya kita menolong dan berbicara
dengan kasih sayang bahawa dia harus berhati-hati,
sehingga dia belajar untuk bertanggung-jawab
bagi kebaikannya sendiri.
 ~Mario Teguh~
Membaca kenyataan di atas membuat diri melihat sekitar kehidupan. Kita banyak menyalahkan orang lain atas apa yang buruk / tidak diiingini berlaku terhadap diri kita. Kita sombong untuk  bermuhasabah diri, melihat kesilapan2 yang pernah kita lakukan yang menjadi punca / balasan apa yang terjadi kepada kita hari ini. 

  1. Menyalahkan calon belahan jiwa kita atas ketidak jadian mahligai perkahwinan yang dirancang. Sedangkan tidak mahu berfikiran positif bahawa itu adalah tanda kasih sayang Allah terhadap kita bahawa dia bukan seseorang yang bisa bersama kita susah dan senang.
  2. Menyalahkan orang bawahan kita kerana tidak menyiapkan tugasan mengikut tarikh dan sebaik yang kita MAHUkan. Sedangkan kita tidak pun menyatakan dan menerangkan apa yang dia pERLU lakukan.
  3. Menyalahkan suami/isteri kerana tidak menyediakan sarapan kita diawal pagi dan menjadikan kita pemakan tegar makan luar. Sedangkan kita tidak pernah pun mahu berusaha untuk bangun awal untuk membantu menyiapkan anak-anak untuk bersedia ke sekolah. tidak mahu pun cuba menarik cadar untuk kelihatan kemas. 
  4. Menyalahkan ibubapa mengapa kita menjadi seorang yang naif tentang ilmu agama. Menyalahkan mereka kerana tidak membekalkan ilmu agama kepada kita. padahal ibubapa telah memberikan ilmu SEKOLAH semoga kita boleh BERFIKIR dan bisa menentukan jalan mana kita pilih, orang dewasa yang berusaha untuk menjadi yang baik.
  5. Menyalahkan BOS kerana membuatkan kita disisihkan. Sedangkan kita tidak pernah sedar bahawa kita tidak pernah pun menjadi pengikut / orang bawahan yang bertanggungjawab hatta beberapa BOS2 yang sebelumnya. Asyik jadi tukang komplen tegar namun tidak ada satu kerja/idea pun direalitikannya.
  6. Menyalahkan orang cantik/kacak kerana diri tidak dipandang pun dalam keramaian orang. Namun tidak pernah memikirkan bahawa orang cantik/kacak itu lagi sengsara hidupnya kerana mudah terdedah kepada fitnah. Tidak pernah mahu bersyukur bahawa kehormatan diri dijaga dan dilindungi Allah daripada bualan mulut, daripada koleksi imiganisi fantasi orang lain, dan daripada sikap riak!.       
Adakah dikedewasaan dan yang dikatakan berpendidikan tinggi ini kita masih menyalah orang lain atas apa yang telah berlaku ke atas kita?  

Masihkah mahu masih menyalahkan ibubapa kerana tidak memasukkan aku ke sekolah agama supaya aku boleh menjadi Ustazah. Orang yang aku cemburui kefasihannya mengaji Al-Quran, berbicara tentang agama, mahir membimbing anak-anak orang lain dan anaknya sendiri.

Semoga bila sampai waktu aku bertemu jodoh ku dan dikurniakan anak, aku tidak lupa akan ilmu keibubapaan ini. ;-) . tidak mahu disalahkan oleh anak ku sebelum mereka sempat sedar bahawa ibunya kurang ilmu berbanding ilmunya dan kesempatan dia menimba ilmu itu datang dari pengorbanan ibu juga... ;-)

Untuk diri ku, teringat pesan seorang Taukeh Cinta. Usah kau melihat kedai di sana yang ramai orang dan menyatakan "ramainya orang di sana....apalah yang mereka pakai tu?" . Dalam tidak sedar kita merintih atas ketentuan ALLAH tanpa mahu melihat usaha apa yang telah kita usahakan. Lagi2 kita berburuk sangka terhadap rezeki orang lain yang dikurniakan Allah kepada mereka. Dasyat!

Untuk diri ku, 

"Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisiMu; sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNya.
(Ali-Imran : 8)

"Wahai Tuhan kami! Ampunkanlah dosa-dosa kami dan perbuatan kami yang melampau dalam urusan kami, dan teguhkanlah tapak pendirian kami (dalam perjuangan); dan tolonglah kami mencapai kemenangan terhadap kaum yang kafir."
(Ali-Imran : 147)

THINK BEFORE SpEAK!!!!!